BERSIHKAN JIWA...PERLUKAH???

Salam alaykum….pena pada kali ini ingin memberikan tumpuan pada siding pembaca mengenai kepentingan pembersihan jiwa. Jika kita kebiasaannya tidak pernah lupa dari mengemaskan aspek luaran kita kita, begitulah juga perihal pentingnya kita mengemas dalaman kita, jiwa atau rohani kita agar dapat kita dapat meraih ketenangan jiwa di tahap yang maksima.


Umum kini dapat memperhatikan kebanyakan manusia saat ini, melakukan banyak perkara yang sangat menghairankan. Yakni, kebanyakan manusia menaruh perhatian yang berlebihan kepada penampilan lahiriyah. Pada saat yang sama, ia lalai dari aspek batiniyah. Ramai juga orang yang sibuk dengan memperindah amalan ibadah zahir, tetapi ia juga lalai dari memperindah ibadah batin.


Di samping itu, kita juga menyaksikan kebanyakan orang yang sangat antusias
mengikuti berbagai bentuk majlis penyucian hati, seperti: padang bulan, majlis
dzikir, management qalbu, dan lain-lain.


Namun pada hakikatnya mereka terjebak dalam perangkap tasawuf, yang akhirnya semakin memperkecuh hatinya.


Kelompok manusia pertama, hatinya mati dan beku. Kelompok kedua, hatinya sakit, keras dan kaku. Adapun kelompok yang ketiga, hatinya hidup, namun keruh dan layu. Untuk itulah, pena menulis tentang kebersihan hati dan penyucian jiwa menurut manhaj Ahlus Sunnah Wal Jama'ah.


Saranan Tazkiyatun Nufus


Allah bersumpah dengan sumpah yang banyak dan beruntun, bahawa kesolehan
dan keberuntungan hamba itu, tergantung pada tazkiyatun nufus. Allah berfirman:


“Dan demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya, Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya rugilah orang yang mengotorinya.” (QS Asy Syams: 7 - 10).


“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Rabbnya, lalu dia sembahyang.” (QS Al A'la: 14-15).


Tazkiyatun nufus merupakan salah satu hajat utama yang diminta Rasulullah.
Dalam do'anya, Rasululah mengatakan:


“Ya Allah berikanlah ketaqwaan kepada diriku ini dan sucikanlah ia,
Engkau adalah sebaik-baik Dzat yang mensucikannya, Engkau adalah
Penolong dan Tuannya.” (HR Muslim. 2722).


Makna Tazkiyatun Nufus


Tazkiyah menurut bahasa bererti suci, berkembang dan bertambah. Sedangkan yang dimaksudkan di sini ialah memperbaiki jiwa dan mensucikannya melalui jalan ilmu yang bermanfaat dan amal shalih, mengerjakan segala yang diperintah dan meninggalkan segala yang dilarang.


Manhaj Yang Shahih Dalam Tazkiyatun Nufus


Perlu diingat, bahwa tazkiyatun nufus hanya dapat diraih melalul jalan syari'at, jalan yang diajarkan oleh para rasul.


Ibnul Qayyim mengatakan,


"Tazkiyatun nufus itu lebih sulit dan lebih rumit dibandingkan dengan perawatan dan pengubatan badan. Barangsiapa berusaha mensucikan dirinya dengan jalan riyadhah, mujahadah dan khalwat yang tidak diterangkan oleh Rasul, maka perumpamaannya bagaikan orang sakit yang ingin mengubati dirinya dengan pendapatnya sendiri. Bagaimana bisa pendapatnya akan sesuai dengan ilmu seorang doktor? Para rasul adalah doktor hati dan jiwa. Maka tidak ada jalan untuk kesucian jiwa dan keshalihan hati, kecuali dengan melalui jalurnya, melewati bimbingannya dengan penuh ketundukan dan kepasrahan kepadanya.


Ibnul Qayyim Juga mengatakan,


“Adapun badan yang bersih, adalah badan yang suci kerana taat kepada Allah. Dagingnya tumbuh dari makanan dan minuman halal. Manakala badan terbebas dari unsur haram, dan kotoran-kotoran yang dilarang oleh akal, agama dan kehormatan, dan jiwa suci dari ikatan-ikatan dunia. Maka bersihlah tanah hati, setelah menerima benih Ilmu dan ma'rifat. Jika setelah itu disirami dengan air riyadhah syar'iyyah yang diwariskan oleh Nabi Muhammad, yaitu riyadhah yang tidak keluar dari Ilmu, tidak jauh dari kewajiban dan tidak menelantarkan sunnah, maka, hati -pasti- menumbuhkan tanaman yang indah menawan, dari jenis ilmu, hikmah dan faidah..."


Wasilah Tazkiyatun Nufus


Tazkiyatun nufus sesuai manhaj nabawi, dapat dicapai dengan berbagai macam ibadah kepada Allah. Yang terpenting diantaranya ialah:

<1.>

1tTauhid



Ibnul Qayyim mengatakan:


"Tauhid adalah sesuatu yang paling lembut. halus, bersih, dan jernih. Maka, kotoran yang sekecil apapun dapat membuatnya keruh dan mempengaruhinya. la bagaikan kain putih yang sangat sensitif terhadap kotoran sekecil apapun. la Juga bagaikan cermin yang sangat bersih, benda yang paling kecil pun dapat mempengaruhinya..."


2. Solat


Rasulullah bersabda:


"Beritahukanlah kepadaku. seandainya ada sungai di depan pintu salah seorangmu. lalu ia mandi di dalamnya setiap hari lima kali, apa pendapatmu, apakah ia masih menyisakan kotoran padanya?" Mereka menjawab, "Dia tentu tidak menyisakan sedikitpun dari kotorannya.' Beliau bersabda, "Demikian itulah perumpamaan solat lima waktu. Dengannya Allah menghapus dosa-dosa."


3. Bersedekah


Allah berfirman:


“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka. Dengan zakat itu, kamu membersihkan dan mensucikan mereka. dan berdo'alah untuk mereka. Sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS At Taubah:103).


4. Meninggalkan semua yang diharamkan.


Dalam masalah ini, Ibn Taimiyah berkata,


"Jiwa dan amal tidak bisa suci, hingga dihindarkan dari hal-hal yang bisa
menentangnya. Dan seseorang itu tidak berslh, kecuail dengan meninggalkan yang buruk; karena ia mengotori jiwa dan menggelapkannya.


Ibn Qutaibah berkata,


Firman Allah _Wa qad khaaba man dassaahaa_ , ertinya orang yang mengotori
hatinya dengan kefasikan-kefasikan maksiat, orang yang fajir itu telah menghancurkan jiwanya, dan menenggelamkannya. Sedangkan pelaku perbuatan ma'ruf, ia telah mengangkat dan meninggikan jiwanya," (Majmu' Fatawa 10/629.10/188).


5. Muhasabatun nufus (Introspeksi diri)


Muhasabah ada dua macam:


a) Muhasabah sebelum beramal.


Iaitu berfikir dan merenung ketika ada kehendak dan semangat; dan tidak
segera beramal, kecuali setelah menjadi jelas keutamaannya dibanding dengan
meninggalkannya.


b) Muhasabah setelah selesai beramal.


Ini meliputi,


i. Muhasabah mengenai ketaatan yang belum dikerjakan secara sempurna.

ii. Muhasabah mengenai perbuatan yang sebaiknya ditinggalkan (tidak dikerjakan)

iii. Muhasabah mengenai perkara mubah / biasa, mengapa mengerjakannya?
Apakah hal itu dimaksudkan untuk Allah, kehidupan akhirat, ataukah dunia?


Maka pena mengajak sidang pembaca semua agar senantiasa membersihkan hati jua jiwa kalian dari segala dosa-dosa, samada kecil maupun besar. Pena akhiri warkah pada kali ini dengan mengambil kata-kata dari seorang ulama,agar kita tidak leka dan alpa dari mensucikan diri kita.


Umar Al Faruq berkata,


“Cukuplah dosa seseorang, apabila aib yang ada pada seseorang menjadi
jelas baginya. Sementara ia tidak tahu, bahwa aib itu ada pada dirinya
sendiri, dan ia membenci orang-orang karena itu.”

Sekian,waLLAHU HUWA A’ALAM.

0 comments: